Pangandaran - Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,9 yang kemudian diperbarui menjadi M 5,6 mengguncang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. BMKG menjelaskan gempa tersebut merupakan jenis menengah.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan tertulis, Minggu (25/10/2020).
Rahmat mengungkapkan gempa terjadi akibat adanya aktivitas subduksi. Berdasarkan analisis BMKG, kata dia, gempa memiliki mekanisme pergerakan naik.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujarnya.
Gempa yang terjadi di laut pada jarak 88 km arah barat daya Kota Pangandaran, Jawa Barat, ini dirasakan dalam skala III-IV MMI di Sukabumi, Tasikmalaya, dan Pangandaran. Artinya, gempa dirasakan oleh banyak orang.
Kemudian, gempa juga dirasakan dalam skala III MMI di Kuningan dan Garut, Jawa Barat; serta Cilacap, Jawa Tengah. Skala III MMI berarti getaran terasa nyata dalam rumah dan seakan ada truk lewat.
"Kab Bandung, Kebumen, Kutoarjo, Banyumas, Banjarnegara, Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, Yogyakarta II-III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), Kota Bandung, Tegal II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang," jelas Rahmat.
Rahmat mengungkapkan hasil pemodelan BMKG menunjukkan gempa yang mengguncang Pangandaran ini tidak berpotensi tsunami. Dia pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," ucapnya.