Seorang warga melintas di antara kafe dan toko yang tutup di kawasan Kuta, Bali.
Membaca laporan dari Historia, rasa kangen akan Bali semakin menjadi-jadi. Kalau dulu saya dan istri pasti menikmati tawar-menawar kalau belanja di Bali, kini kebayang gak banyak pendatang di sana untuk menawar barang-barang jualan di sana.
Kini, di sepanjang Kuta dikabarkan sepi... jauh dari kebiasaan ketika ribuan wisatawan asing dan lokal menikmati Bali. Kebayang kan seperti apa nasib pengelola hotel dan pedagang-pedagang di sana?
Quote:“Wah ini sudah hampir 75 persen ruginya. Penjualan toko saya, tak pernah sampai separah ini,” ujar Wayan (48), seorang warga yang membuka toko baju khas Bali di pinggir jalan raya Kuta.
Kita sama-sama tahu dulu Bali pernah diguncang terorisme, tapi tak pernah tidur lama seperti ini. Seperti kisah dongeng putri tidur, tapi yang ini kelamaan nunggu pangeran datang.
Para bule-bule dan wisatawan asing yang terpaksa harus tinggal di Bali akibat pandemi ini ikut mengalami masalah keuangan... siapa sih yang tidak?
Quote:“Yang sekarang mulai banyak itu ‘bule’ makan di warung-warung, tidak di tempat mahal-mahal lagi,” ujar Kadek (35), sopir transportasi daring yang biasa mengantar turis asing.
“Untuk saat ini, bisa makan saja sudah bagus di Bali,” lanjutnya.
Berikut foto-foto terbaru dari Bali yang didokumentasikan oleh fotografer Fernando Randy dari Historia.id.
Petugas porter barang di airport tak lagi sibuk seperti biasa.
Suasana sepi di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Seorang pedagang baju khas Bali saat menunggu pembeli di kawasan Kuta, Bali.
Deretan kafe dan toko yang tutup di kawasan Kuta, Bali.
Deretan toko yang tutup di kawasan Seminyak, Bali.
Deretan kafe dan toko yang tutup di kawasan Kuta, Bali.
Memang bukan hanyaBali yang diguncang pandemi Covid-19 tak berkesudahan ini. Tapi, saya membayangkan seperti apa kehidupan masyarakat di daerah pariwisata yang hidupnya banyak ditentukan oleh jumlah turis domestik dan internasional yang datang ke daerah mereka. Semoga, pandemi ini segera berlalu.