Indonesia memiliki
seribu satu cara untuk membuat dunia berdecak kagum. Mulai dari kekayaan
alamnya yang melimpah, kuliner tradisional yang unik, hingga keragaman suku dan
budaya yang menciptakan aneka kesenian, salah satunya adalah batik. Batik
merupakan kesenian yang erat kaitannya dengan budaya Jawa. Sebab, selain pada
masa kerajaan Majapahit, batik juga berkembang pesat di masa kerajaan Solo dan
Yogyakarta.
Di awal kemunculannya,
kain batik khusus dijahit untuk kaum bangsawan, seperti raja dan keluarganya,
dan para pengikut kerajaan. Beruntung, di era sekarang siapapun dapat
mengenakan batik terlepas dari kelas sosial mana mereka berasal. Pengaruh
budaya batik mulanya dibawa ke luar keraton oleh pengikut kerajaan yang tidak
menetap di area keraton. Semenjak saat itu, masyarakat mulai belajar merancang
batik versi mereka sendiri.
Dalam proses pembuatan
batik atau lebih dikenal dengan istilah ‘membatik’, pengrajin batik menggunakan
beberapa metode, yakni dengan cara ditulis, dicelup, dicap, atau dicetak. Namun
jika dilihat dari tingkat ketelitian dan ketekunan yang dibutuhkan, sudah jelas
batik tulislah yang menghasilkan kualitas paling baik. Memanfaatkan
keterampilan tangan manusia seutuhnya, batik tulis memelurkan alat-alat bantu,
seperti canting, pensil pola, kain mori putih, lilin malam, alat pemanas lilin,
dan pewarna kain.
Memanfaatkan alat-alat
dan metode yang sama ternyata nggak membuat semua daerah di Indonesia memiliki
pola dan motif batik serupa. Yogyakarta, misalnya. Pola dan motif batik
Yogyakarta menampilkan keindahan dan filosofi tersendiri. Seperti apa
motif-motif batik Yogyakarta? Makna apa yang terkandung dalam setiap ukirannya?
Yuk, cari tahu sekarang!
1. Motif Ceplok atau
Grompol
Dalam bahasa Jawa,
grompol berarti berkumpul atau bersatu. Motif batik ini mengadopsi bentuk buah
kawung yang dibelah menjadi empat dan menunjuk ke empat arah. Motif Ceplok atau
motif Grompol biasa ditemukan di acara pernikahan atau pertunangan yang mana
motif ini menyampaikan segala harapan baik dari orang tua agar berkumpul dan
senantiasa mengisi kehidupan rumah tangga anak-anak mereka. Motif-motif batik
yang tergolong sebagai motif Ceplok atau Grompol diantaranya adalah motif
banji, motif ganggong, dan motif batik anyaman.
2. Motif Kawung
Motif batik asal
Yogyakarta yang kedua adalah motif Kawung. Motif Kawung memiliki ciri khas
berupa empat lingkaran yang berporos pada satu lingkaran kecil di tengah.
Lingkaran kecil itu melambangkan pusat kekuatan yang dalam hal ini adalah raja,
sedangkan keempat lingkaran di sekitarnya adalah rakyat. Melalui motif Kawung,
seorang raja diharapkan menjadi pemimpin sekaligus pelindung rakyat. Memiliki
makna yang dekat dengan kehidupan kerajaan, motif Kawung sempat menjadi motif
larangan atau motif yang tidak sembarang orang bisa memakainya. Selain itu, beberapa
orang juga menilai motif Kawung sebagai simbol bagi segala sesuatu yang suci
dan murni.
3. Motif Parang
Membahas soal
motif-motif batik Yogyakarta nggak lengkap tanpa motif Parang. Motif Parang
masuk ke dalam kategori motif larangan alias cuma raja beserta keturunannya aja
yang bisa memakai. Motif Parang disebutkan hasil inspirasi dari bentuk pedang
yang digunakan saat berperang oleh pemimpian dan kstaria. Namun ada versi lain
yang menjelaskan bahwa Panembahan Senapati menciptakan motif ini setelah
mengobservasi gerakan ombak Laut Selatan yang menghantam karang. Ombak Laut
Selatan yang bergerak melengkung diartikan sebagai kedudukan raja dan
kemiringan pada motif ini melambangkan kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan
kecepatan gerak. Seiring berjalannya waktu, motif Parang melahirkan motif-motif
baru, seperti Parang Rusak, Parang Barong, Parang Kusuma, Parang Pamo, Parang
Klithik, dan Lereng Sobrah.
4. Motif Semen
Kesuburan, kemakmuran,
dan alam semesta menjadi makna yang terkandung dalam motif Semen. Kemakmuran
yang dimaksud adalah kehidupan yang berjalan ke arah yang lebih baik. Motif
Semen mengusung gambar-gambar lain yang menunjukkan betapa kayanya kehidupan
manusia, seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan berkaki empat (daratan),
burung Garuda dan awan Mega Mendung (udara), dan lautan beserta hewan-hewan
yang hidup di dalamnya (air). Sama seperti Motif Parang, Motif Semen juga
termasuk ke dalam daftar motif Larangan.
Itu tadi 4 motif-motif
batik khas Yogyakarta berserta maknanya. Ternyata motif batik yang selama ini
kita kagumi tidak hanya mementingkan aspek visual aja ya, tetapi juga
nilai-nilai kehidupan yang akrab dengan budaya Nusantara. Motif batik mana yang
menjadi favoritmu?
0 komentar:
Posting Komentar